Dinamika Pendidikan, Islam, Sosbud, Iptek sekitar kita

BLPT POTENSIAL UNTUK “SUMBAR TECHNOLOGY MANUFACTURE TRAINING CENTER” DI ERA ACFTA 2010

Drs. Herikasni, M.Pd. | 04.05 | 0 komentar

Oleh : Drs. Herikasni, M.Pd.

Gong telah dibunyikan pertanda era persaingan bebas benar-benar digulirkan di bumi persada ini terhadap kawasan Asia Tenggara plus China dengan disahkannya ACFTA (Asean – China Free Trade Area) Agreement 2010 mulai sejak 1 Januari 2010. ACFTA merupakan persetujuan perdagangan bebas antar negara-negara Asia Tenggara termasuk Indonesia ditambah China. Lalu lintas perdagangan bagi komoditi ekspor dan impor menjadi betul-betul bebas hambatan antar negara-negara Asean dan China. Banyak pebisnis, pengamat ekonomi, dan terutama produsen atau industri manufaktur lokal menilai serta khawatir produk China akan menguasai pasar lokal mengalahkan dan akan mematikan produk industri dalam negeri. Kekhawatiran ini segera terbukti dengan diserbunya pasar lokal oleh produk China yang ternyata sangat diminati konsumen dalam negeri, karena disamping harganya murah, kwalitasnyapun lebih baik.

Dampak di atas mestilah sangat dicermati oleh setiap daerah di Indonesia terutama yang belum memiliki primadona devisa lain selain sektor produk industri. Atau bahkan belum punya primadona sama sekali seperti Sumbar. Sumatera Barat sangat minim perindustrian selain hanya PT. Semen, PN. TBO, dan beberapa industri kecil lainnya. Pariwisata Sumbar di luar Mentawai adalah harimau tidur yang belum menggeliat, di samping pembatasan oleh adat Minang dan agama Islam. Memang ada kekayaan alam (SDA) seperti hasil laut dan pertanian, tetapi kalau tidak diolah secara modern melalui teknologi industri/ manufaktur akan tidak banyak berarti bagi perekonomian Sumbar, karena hasilnya masih berupa bahan mentah atau bahan baku yang dijual murah. Masyarakat Sumbar akan cenderung menjadi budak produk luar, dengan menjadi konsumen atau pemelihara berjayanya kelansungan pemasaran produk luar, tentu uang masyarakat Sumbarpun siap untuk dikuras ke luar Sumbar.

Sumatera Barat memang sudah semestinya tanggap terhadap ketertinggalan daerah ini dalam bidang industri/ manufaktur. Agar SDA menjadi komoditi bernilai tinggi dan ekonomi Sumbar mampu bersaing di era ACFTA mau tidak mau tentu segera mempersiapkan tumbuhnya industri manufaktur di daerah ini. Untuk itu Sumbar perlu mempersiapkan kebutuhan investor diantaranya mentalitas masyarakat, regulasi lahan (tanah ulayat), sarana-prasarana jalan, listrik, air, dan terutama SDM industri manufaktur yang siap kerja.
Menyangkut SDM, maka melirik kepada lembaga yang menyiapkan SDM manufaktur saat ini terutama tingkat teknisi/ operator menengah yang memiliki kompetensi tentulah SMK. Namun SMK teknologi yang ada di Sumbar saat ini belumlah berkonsentrasi pada industri manufaktur. Dengan alasan industri minim di Sumbar justru SMK teknologi secara kontras berbondong-bondong memajukan program studi service, seperti service otomotif, service elektronika, dan bukannya manufaktur otomotif atau manufaktur elektronika, atau bahkan manufaktur mesin pertanian, pengalengan, dan alat berat misalnya. Ini justru kelihatan seolah-olah telah mengukuhkan SDM sumbar menjadi calon pelayan yang memanjakan produk luar.
Memang melihat kepada fasilitas diklat SMK teknologi yang ada dan cost yang dibutuhkan hampir tidak memungkinkan masing-masing SMK tersebut berkonsentrasi pada bidang industri manufaktur. Pasalnya mesin-mesin produksi rata-rata SMK masih belum punya, dan sumber dana untuk memenuhi cost sangat terbatas. Kalau pengadaan baru dan dibiayai daerah maupun pusat makan berapa ratus milyar agar setiap SMK punya mesin dan beroperasi, belum lagi pemeliharaannya.

Disdikpora Sumbar punya mesin-mesin produksi dalam jumlah memadai di Balai Latihan Pendidikan Teknik (BLPT). Bahkan memiliki mesin-mesin hi-tech seperti Computer Numerically Control (CNC) baik Training Unit (TU) maupun Production Unit (PU), jenis lathe maupun milling ada beberapa unit, serta otomasi pneumatic, dan PLC. Mesin konvensional seperti Mesin scrap, surface grinding machine, tools cutter grinder, lathe copy machine, press machine, drilling machine, grinding machine, cutting machine, folding machine, welding machine, TIG, MIG, acytilene welding, dan lain-lain. Namun jika mesin-mesin ini misalnya dibagikan untuk SMK, maka akan sia-sia, sebab untuk semua SMK tidak akan memadai, disamping ongkos relokasi yang cukup tinggi. Ini juga akan menimbulkan saling sentimen antara SMK sendiri.

Upaya penyiapan SDM bidang industri manufaktur tingkat menengah mungkin akan lebih baik justru bila di pusatkan di BLPT Sumbar saja, karena memang BLPT dengan segala fasilitasnya akan lebih siap jika dibandingkan menyediakan fasilitas bagi setiap SMK atau menyiapkan SMK baru dengan peralatan baru, asal dengan sarat BLPT sejak sekarang tidak terbengkalai, karena kalau dibiarkan mesin-mesin akan cepat rusak. Aset provinsi yang sudah jadi dan bernilai puluhan milyar akan terbuang percuma. Fasilitas BLPT hanya membutuhkan dana beberapa milyar saja untuk direvitalisasi baik mesin, gedung dan mobiler asal dikerjakan oleh orang yang tepat. Tentunya dengan syarat manajemen dan SDM lembaga juga harus dibenahi terlebih dahulu seselektif mungkin. Bentuk dari lembaga bisa saja khusus sebagai Pusat Diklat Teknologi Industri Manufaktur Sumbar, Pusat Diklat SMK Teknologi Sumbar, SMK SBI Bidang Teknologi Industri, atau mendirikan SMK SBI di dalam BLPT Sumbar.

Wacana ini memang memiliki satu tujuan dan harapan kepada masarakat Sumbar, terutama para Stake Holder pendidikan teknologi di Ranah Minang ini. Agar secara sengaja maupun tidak sengaja, tidak akan membiarkan atau menghilangkan aset utama pendidikan teknologi industri manufaktur di Ranah Minang ini yaitu BLPT Sumbar. Karena ada keyakinan sesungguhnya pihak-pihak berwenang daerah belum mengenal betul potensi BLPT. BLPT sangat potensial untuk memberdayakan generasi muda Sumbar sebagai calon teknisi industri manufaktur handal yang kelak akan memberdayakan perindustrian di Sumbar. Karena itu bila dihilangkan sama halnya dengan melakukan pengebirian generasi remaja Sumbar terhadap bidang teknologi. Hal itupun tidak sejalan dengan semangat Depdiknas dalam mencanangkan perbandingan SMA : SMK sebagai 30 : 70 di tahun 2010 ini.

Category:

About GalleryBloggerTemplates.com:
GalleryBloggerTemplates.com is Free Blogger Templates Gallery. We provide Blogger templates for free. You can find about tutorials, blogger hacks, SEO optimization, tips and tricks here!

0 komentar

Page Rank

PageRank